TUGAS : Membuat Kesimpulan Mengenai Topik Yang dibahas
Oleh : Abd.
Rouf, S.S
(Guru MA. Ihyaul
Ulum & SMPN 41 Surabaya)
"Agaknya
pemahaman, penghayatan, dan penghargaan kita terhadap bahasa nasional dan
negara sendiri belum tumbuh secara maksimal dan proporsional. Padahal, tak
henti-hentinya pemerintah menganjurkan untuk menggunakan bahasa Indonesia
dengan kaidah yang baik dan benar –setelah kaidah bahasa Indonesia oleh beberapa
oknum pejabat Orde Baru dirusak dengan merubah akhiran "kan"
menjadi "ken"."
Bahasa
Indonesia memegang peranan penting dalam membangun manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan sumber daya manusia yang relevan dengan
perkembangan zaman. Karena itu, peningkatan pendidikan bahasa Indonesia di
sekolah-sekolah perlu dilakukan melalui peningkatan kemampuan akademik para
pengajarnya.
Fungsi
mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah sebagai sarana pengembangan
penalaran. Pembelajaran bahasa Indonesia selain untuk meningkatkan
keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir, bernalar,
dan kemampuan memperluas wawasan.
Peningkatan
fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana keilmuan perlu terus dilakukan sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seirama dengan ini,
peningkatan mutu pengajaran bahasa Indonesia di sekolah perlu terus
dilakukan.
Dalam
kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia sudah berusia 79
tahun. Jika dianalogikan dengan kehidupan manusia, dalam rentang usia
tersebut idealnya sudah mampu mencapai tingkat kematangan dan kesempurnaan,
sebab sudah banyak merasakan lika-liku dan pahit-getirnya perjalanan sejarah.
Untuk
menggetarkan gaung penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, pemerintah
telah menempuh politik kebahasaan, dengan menetapkan bulan Oktober sebagai
Bulan Bahasa.
Namun,
seiring dengan bertambahnya usia, bahasa Indonesia justru dihadang banyak
masalah. Pertanyaan bernada pesimis justru bermunculan. Mampukah bahasa
Indonesia menjadi bahasa budaya dan bahasa Iptek yang berwibawa dan punya
prestise tersendiri di tengah-tengah dahsyatnya arus globalisasi? Mampukah
bahasa Indonesia bersikap luwes dan terbuka dalam mengikuti derap peradaban
yang terus gencar menawarkan perubahan dan dinamika? Masih setia dan
banggakah para penuturnya dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
komunikasi yang efektif di tengah-tengah perubahan dan dinamika itu?
Jika
kita melihat kenyataan di lapangan, secara jujur harus diakui, bahasa Indonesia
belum difungsikan secara baik dan benar. Para penuturnya masih dihinggapi
sikap inferior (rendah diri) sehingga merasa lebih modern, terhormat, dan
terpelajar jika dalam peristiwa tutur sehari-hari, baik dalam ragam lisan
maupun tulis, menyelipkan setumpuk istilah asing, padahal sudah ada
padanannya dalam bahasa Indonesia.
Agaknya
pemahaman, penghayatan, dan penghargaan kita terhadap bahasa nasional dan
negara sendiri belum tumbuh secara maksimal dan proporsional. Padahal, tak
henti-hentinya pemerintah menganjurkan untuk menggunakan bahasa Indonesia
dengan kaidah yang baik dan benar –setelah kaidah bahasa Indonesia oleh para
pejabat Orde Baru dirusak dengan merubah akhiran "kan" menjadi
"ken".
Akan
tetapi, beberapa kaidah yang telah dikodifikasi dengan susah-payah tampaknya
belum banyak mendapatkan perhatian masyarakat luas. Akibatnya bisa ditebak,
pemakaian bahasa Indonesia bermutu rendah: kalimatnya rancu dan kacau,
kosakatanya payah, dan secara semantik sulit dipahami maknanya. Anjuran untuk
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar seolah-olah hanya bersifat
sloganistis, tanpa tindakan nyata dari penuturnya (Sawali Tuhusetya, 2007).
Melihat
persoalan di atas, tidak ada kata lain, kecuali menegaskan kembali pentingnya
pemakaian bahasa Indonesia dengan kaidah yang baik dan benar. Hal ini
–disamping dapat dimulai dari diri sendiri- juga perlu didukung oleh
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah.
Pembelajaran
bahasa Indonesia tidak lepas dari belajar membaca, menulis, menyimak,
berbicara, dan kemampuan bersastra. Aktivitas membaca merupakan awal dari
setiap pembelajaran bahasa. Dengan membaca, siswa dilatih mengingat, memahami
isi bacaan, meneliti kata-kata istilah dan memaknainya. Selain itu, siswa
juga akan menemukan informasi yang belum diketahuinya. Dari hasil membaca,
siswa dilatih berbicara, bercerita dan mampu mengungkapkan pendapat juga
membuat kesimpulan.
Dengan
menulis, siswa dapat merefleksikan hasil bacaan dan pengamatannya. Dengan
menyimak, siswa dapat mengkomparasikan pengetahuannya dengan berbagai hal
yang disimak. Dengan berbicara, siswa dapat mengaktualisasikan pengetahuannya
dalam bentuk komunikasi dengan orang lain. Dengan kemampuan bersastra, siswa
dapat menampilkan nilai estetis dari bahasa, baik lisan maupun tulisan.
Untuk
menopang semua itu, guru bahasa Indonesia harus dapat memotivasi siswa agar
rajin membaca, termasuk membaca surat kabar. Dengan membaca surat kabar,
mereka mampu beropini, baik di kelas pada waktu belajar atau melalui majalah
dinding (mading) yang ada di sekolahnya. Selanjutnya, siswa pun mampu
beropini melalui media cetak. Saat ini media yang khusus untuk bacaan pelajar
memang masih sangat sedikit, karena surat kabar terlalu didominasi media
cetak hiburan.
Dengan
membaca surat kabar setiap hari, ilmu pengetahuan siswa akan bertambah. Tanpa
disadari sebenarnya mereka juga sedang belajar bahasa Indonesia. Setelah
gemar membaca, siswa juga perlu dimotivasi untuk hobi menulis, menyimak,
berkomunikasi dan bersastra. Guru akan merasa bangga kalau memiliki siswa yang
berani mengungkapkan pendapat dengan bahasa yang santun dan logis.
|
Kesimpulan :
Bahasa
Indonesia memiliki peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, peningkatan peranan bahasa
Indonesia itu sendiri perlu dilakukan di mulai dari tingkatan sekolah-sekolah. Peningatan
kualitas pengajar-pengajar di sekolah-sekolah menjadi langkah utama yang harus
dilakukan untuk merealisasikan hal itu. Peningkatan
fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana keilmuan perlu terus dilakukan sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, peningkatan
mutu pengajaran bahasa Indonesia di sekolah perlu terus dilakukan. Aktivitas
membaca merupakan awal dari setiap pembelajaran bahasa. Dengan membaca, siswa
akan menjadi terbiasa untuk mengingat, memahami isi bacaan, meneliti kata-kata
istilah dan memaknainya. Selain itu, siswa juga akan menemukan informasi yang
belum diketahuinya. Hasilnya, siswa dilatih berbicara, bercerita dan mampu
mengungkapkan pendapat juga membuat kesimpulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar