Komp, Lembaga Keuangan Perbankan

Jumat, 11 Mei 2012

PERANAN BAHASA INDONESIA DALAM PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI


TUGAS           : Membuat Kesimpulan Mengenai Topik yang Dibahas


Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa berfungsi sebagai wahana untuk menyampaikan informasi dengan cepat dan sekecil – kecilnya, sehingga kita dapat menguasai informasi tersebut. Penggunaan bahasa pengantar pada buku-buku yang dipakai dalam memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi pun, banyak yang menggunakan bahasa Inggris. Hal ini berbanding terbalik dengan bahasa Indonesia yang perkembangannya tak seimbang dengan perkembangan budaya masyarakatnya. Oleh sebab itu, walaupun bahasa Indonesia sudah berperan sebagai alat persatuan tetapi belum dapat berperan sebagai pengantar ilmu pengetahuan.
Selain bahasa termasuk dalam struktur budaya, ternyata bahasa memiliki kedudukan, fungsi dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir, juga sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya, dalam pengembangan daya nalar menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir secara modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).
Hal lainnya kita dapat menemukan dalam pengungkapan profesional, artinya penuturan dengan kata. Ketelitian tidak hanya menyangkut hal yang besar, tetapi hal yang kecil pun harus diperhatikan. Ketelitian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi menyangkut penggunaan data, penerapan rumus, penerapan nama orang, nama tempat, dan nama alat, bahkan ejaan dan tanda baca. Ketelitian dalam pemakaian lambang dan satuan. Ketelitian merupakan ciri khas ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan digunakannya bahasa Indonesia sebagai pengantar ilmu pengetahuan, salah tafsir atau makna ganda sedapat mungkin dihindari karena kata yang dipakai umumnya lebih bersifat denotatif daripada konotatif, ungkapan yang dipakai sederhana dan tanpa basa – basi.
Di samping itu, kejelasan tuturan ditandai dengan urutan keterangan yang saling berhubungan dan mudah dipahami oleh pembaca, yaitu :
  • Ringkas, mengharuskan uraian yang padat tetapi tidak dengan memendekkan atau menggunakan akronim yang tidak dikenal umum.
  • Lengkap, tidak membiarkan pembaca bertanya-tanya tentang maksud suatu pernyataan. Sebaliknya, yang sudah nyata atau tidak perlu diulang-ulang atau diberi tekanan khusus. Semua data yang perlu haruslah ada, sedangkan yang berlebih-lebihan haruslah ditinggalkan.
  • Sederhana, ditandai dengan kosakata yang tidak bermuluk-muluk dan sintaksis yang tidak berbelit-belit.
  • Keutuhan, yang dapat dilihat dari hubungan yang baik dan logis antara bagian-bagian karangan, sehingga keseluruhan hubungan yang baik dan logis tetap tampak. 
  • Keruntutan, yang berarti adanya keterpautan makna di dalam suatu karya tulis. Keterpautan makna ini dapat dicapai dengan menyusun kalimat-kalimat logis dan kronologis serta berdasarkan urutan pentingnya kalimat. Kalimat yang satu dapat diperjelas dengan makna kalimat yang lain, baik yang mendahului maupun yang mengikutinya.
  • Tidak menggunakan Implikatur, suatu hal baru diterangkan sejelas mngkin tanpa menggunakan implikasi seperti yang banyak terdapat dalam bahasa lisan sehari-hari.
  • Inferensi, yang akan mungkin dibuat oleh pembaca diarahkan oleh penulis, sehingga memungkinkan adanya interpretasi yang sama bagi para pembaca.
  • Disediakan ringkasan isi agar terdapat kesesuaian antara penulis dan pembaca.
  • Proposisi yang diciptakan disesuaikan dengan tingkat pengetahuan pembaca.
Konsep dan istilah baru dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Termasuk bahasa Indonesia, yang sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.

KESIMPULAN :
Bahasa merupakan sarana komunikasi antara satu dengan yang lainnya.  Dengan kata lain, bahasa merupakan wahana penyampai informasi, agar kita dapat mengerti informasi yang disampaikan tersebut. Bahasa juga sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir, juga sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Dengan digunakannya bahasa Indonesia sebagai pengantar ilmu pengetahuan, dapat menghindarkan dari makna ganda / salah tafsir karena kata yang dipakai umumnya lebih bersifat denotatif daripada konotatif, ungkapan yang dipakai sederhana dan tanpa basa – basi. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat dapat membuat pergeseran pada bahasa Indonesia. Karena pada umumnya, teknologi informasi yang ada banyak menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar dalam berkomunikasinya.

CERITA LUCU



·      BEDA KEYAKINAN
Astron         : “Akhirnya aku harus putus sama Lolita… “
Barry           : “Lha, emang kenapa putus ? Bukannya kalian sudah sepakat ingin menikah ?”
Astron         : “Iya, tetapi semuanya batal.”
Barry           : “Kenapa ?”
Astron         : “Beda keyakinan …”
Barry           : “Beda agama gitu ?”
Astron         : “Bukan, aku berkeyakinan bahwa aku ganteng, tapi ternyata Lolita tidak yakin.”

·      GIGI TERAKHIR
Di dalam pelajaran Biologi, seorang guru SMU bertanya kepada murid-muridnya.
“Gigi yang kita peroleh paling akhir dinamakan gigi apa, anak-anak?” Tanya sang guru
Seorang murid menjawab dengan lantang, “Gigi palsu!”

Senin, 07 Mei 2012

YOUR BEAUTIFUL EYES


Ketika memandang mata seseorang atau pasangan kita, semuanya akan Nampak sama saja. Tapi, ternyata struktur mikroskopik dari mata setiap orang tampak berbeda satu sama lain. Yang lebih mengejutkan, strukturnya ternyata menyerupai planet.





Lihat saja foto struktur mikroskopik mata yang diambil oleh seorang guru fisika bernama Suren Manvelyan, Foto-foto yang diperlihatkannya menunjukkan bahwa pinggiran bagian hitam mata setiap orang memiliki kerutan yang berbeda menyerupai permukaan planet Mars atau sejenisnya.



Manvelyan yang berasal dari Yerevan, Armenia, mengatakan, “Saya tidak menyangka bahwa strukturnya sedemikian rumit. Kita melihat mata ratusan orang, tapi kita tidak menyadari bahwa strukturnya sangat cantik, seperti planet.”


Dalam mengambil fotonya, Manvelyan memfokuskan pada bagian iris mata yang berfungsi mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke mata serta pupil, bagian yang dikaitkan dengan iris oleh otot.

Sumber : Buku Renungan Harian Pemuda Remaja “Future Generation” Edisi Oktober 2011

Eksistensi Bahasa Indonesia di Era Global


TUGAS : Membuat Kesimpulan Mengenai Topik Yang dibahas 


Oleh : Abd. Rouf, S.S
(Guru MA. Ihyaul Ulum & SMPN 41 Surabaya)

"Agaknya pemahaman, penghayatan, dan penghargaan kita terhadap bahasa nasional dan negara sendiri belum tumbuh secara maksimal dan proporsional. Padahal, tak henti-hentinya pemerintah menganjurkan untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan kaidah yang baik dan benar –setelah kaidah bahasa Indonesia oleh beberapa oknum pejabat Orde Baru dirusak dengan merubah akhiran "kan" menjadi "ken"."

Bahasa Indonesia memegang peranan penting dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan sumber daya manusia yang relevan dengan perkembangan zaman. Karena itu, peningkatan pendidikan bahasa Indonesia di sekolah-sekolah perlu dilakukan melalui peningkatan kemampuan akademik para pengajarnya.
Fungsi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah sebagai sarana pengembangan penalaran. Pembelajaran bahasa Indonesia selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir, bernalar, dan kemampuan memperluas wawasan.

Peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana keilmuan perlu terus dilakukan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seirama dengan ini, peningkatan mutu pengajaran bahasa Indonesia di sekolah perlu terus dilakukan.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia sudah berusia 79 tahun. Jika dianalogikan dengan kehidupan manusia, dalam rentang usia tersebut idealnya sudah mampu mencapai tingkat kematangan dan kesempurnaan, sebab sudah banyak merasakan lika-liku dan pahit-getirnya perjalanan sejarah.

Untuk menggetarkan gaung penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, pemerintah telah menempuh politik kebahasaan, dengan menetapkan bulan Oktober sebagai Bulan Bahasa.

Namun, seiring dengan bertambahnya usia, bahasa Indonesia justru dihadang banyak masalah. Pertanyaan bernada pesimis justru bermunculan. Mampukah bahasa Indonesia menjadi bahasa budaya dan bahasa Iptek yang berwibawa dan punya prestise tersendiri di tengah-tengah dahsyatnya arus globalisasi? Mampukah bahasa Indonesia bersikap luwes dan terbuka dalam mengikuti derap peradaban yang terus gencar menawarkan perubahan dan dinamika? Masih setia dan banggakah para penuturnya dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi yang efektif di tengah-tengah perubahan dan dinamika itu?
Jika kita melihat kenyataan di lapangan, secara jujur harus diakui, bahasa Indonesia belum difungsikan secara baik dan benar. Para penuturnya masih dihinggapi sikap inferior (rendah diri) sehingga merasa lebih modern, terhormat, dan terpelajar jika dalam peristiwa tutur sehari-hari, baik dalam ragam lisan maupun tulis, menyelipkan setumpuk istilah asing, padahal sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia.

Agaknya pemahaman, penghayatan, dan penghargaan kita terhadap bahasa nasional dan negara sendiri belum tumbuh secara maksimal dan proporsional. Padahal, tak henti-hentinya pemerintah menganjurkan untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan kaidah yang baik dan benar –setelah kaidah bahasa Indonesia oleh para pejabat Orde Baru dirusak dengan merubah akhiran "kan" menjadi "ken".
Akan tetapi, beberapa kaidah yang telah dikodifikasi dengan susah-payah tampaknya belum banyak mendapatkan perhatian masyarakat luas. Akibatnya bisa ditebak, pemakaian bahasa Indonesia bermutu rendah: kalimatnya rancu dan kacau, kosakatanya payah, dan secara semantik sulit dipahami maknanya. Anjuran untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar seolah-olah hanya bersifat sloganistis, tanpa tindakan nyata dari penuturnya (Sawali Tuhusetya, 2007).

Melihat persoalan di atas, tidak ada kata lain, kecuali menegaskan kembali pentingnya pemakaian bahasa Indonesia dengan kaidah yang baik dan benar. Hal ini –disamping dapat dimulai dari diri sendiri- juga perlu didukung oleh pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah.
Pembelajaran bahasa Indonesia tidak lepas dari belajar membaca, menulis, menyimak, berbicara, dan kemampuan bersastra. Aktivitas membaca merupakan awal dari setiap pembelajaran bahasa. Dengan membaca, siswa dilatih mengingat, memahami isi bacaan, meneliti kata-kata istilah dan memaknainya. Selain itu, siswa juga akan menemukan informasi yang belum diketahuinya. Dari hasil membaca, siswa dilatih berbicara, bercerita dan mampu mengungkapkan pen­dapat juga membuat kesimpulan.
Dengan menulis, siswa dapat merefleksikan hasil bacaan dan pengamatannya. Dengan menyimak, siswa dapat mengkomparasikan pengetahuannya dengan berbagai hal yang disimak. Dengan berbicara, siswa dapat mengaktualisasikan pengetahuannya dalam bentuk komunikasi dengan orang lain. Dengan kemampuan bersastra, siswa dapat menampilkan nilai estetis dari bahasa, baik lisan maupun tulisan.

Untuk menopang semua itu, guru bahasa Indonesia harus dapat memotivasi siswa agar rajin membaca, termasuk membaca surat kabar. Dengan membaca surat kabar, mereka mampu beropini, baik di kelas pada waktu belajar atau melalui majalah dinding (mading) yang ada di sekolahnya. Selanjutnya, siswa pun mampu beropini melalui media cetak. Saat ini media yang khusus untuk bacaan pelajar memang masih sangat sedikit, karena surat kabar terlalu didominasi media cetak hiburan.

Dengan membaca surat kabar setiap hari, ilmu pengetahuan siswa akan bertambah. Tanpa disadari sebenarnya mereka juga sedang belajar bahasa Indonesia. Setelah gemar membaca, siswa juga perlu dimotivasi untuk hobi menulis, menyimak, berkomunikasi dan bersastra. Guru akan merasa bangga kalau memiliki siswa yang berani mengungkapkan pendapat dengan bahasa yang santun dan logis.

Kesimpulan :
Bahasa Indonesia memiliki peranan yang sangat penting.  Oleh karena itu, peningkatan peranan bahasa Indonesia itu sendiri perlu dilakukan di mulai dari tingkatan sekolah-sekolah. Peningatan kualitas pengajar-pengajar di sekolah-sekolah menjadi langkah utama yang harus dilakukan untuk merealisasikan hal itu. Peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana keilmuan perlu terus dilakukan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, peningkatan mutu pengajaran bahasa Indonesia di sekolah perlu terus dilakukan. Aktivitas membaca merupakan awal dari setiap pembelajaran bahasa. Dengan membaca, siswa akan menjadi terbiasa untuk mengingat, memahami isi bacaan, meneliti kata-kata istilah dan memaknainya. Selain itu, siswa juga akan menemukan informasi yang belum diketahuinya. Hasilnya, siswa dilatih berbicara, bercerita dan mampu mengungkapkan pen­dapat juga membuat kesimpulan.

GAYA BERJUANG SEORANG OLAHRAGAWAN


Hidup itu penuh perjuangan. Mau gak mau, suka gak suka dalam hal apapun kita dituntut untuk berjuang. Itu berarti, kita harus memiliki mental seorang pejuang. Mari kita melihat cara berjuang ala olahragawan. Mereka punya cara sendiri untuk berjuang lho..
Olahragawan bukan haya sekedar melakukan hobinya, tapi mereka juga memandang arena olahraga sebagai arena perjuangan mereka. 

Teknik berjuang ala Olahragawan yang bias kita pelajari adalah :

1.      TAHU TUJUAN

Olahragawan yang nggak tau tujuan nggak akan mungkin bisa menjadi pemenang. Mereka hidup dalam target kemenangan. Berjuang dalam hal apapun, kita harus tahu betul apa yang menjadi target kita, dengan begitu kita akan menjadi lebih focus.

2.      GIAT BERLATIH

Latihan adalah menu wajib bagi olahragawan. Bukan karena mereka merasa sudah jago, trus nggak mau latihan lagi. Kita juga harus seperti itu,  meski pertandingan yang kita hadapi selalu sama, kita perlu melatih mental kita.

3.      TAAT PERATURAN

Olahragawan yang nggak taat sama peraturan pasti akan didiskualifikasi. Kita juga harus seperti itu, taat dengan segala hal yang bisa membentuk mental kita. Bangun pagi, mengerjakan tugas, dan hal lainnya harus kita lakukan dengan taat.

4.      SPORTIF

Orang yang sportif harus mau mengakui kesalahannya. Tidak perlu kecewa dengan kegagalan, tapi harus kembali bangkit.

Sumber : Buku Renungan Harian Pemuda Remaja “Future Generation” Edisi Oktober 2011