Komp, Lembaga Keuangan Perbankan

Rabu, 28 Maret 2012

Pemenang versus Pecundang

Pemenang selalu jadi bagian dari semua jawaban:
Pecundang selalu jadi bagian dari semua masalah

Pemenang selalu berkata,“Biarkan saya yang mengerjakannya untuk Anda”:
Pecundang selalu berkata,”Itu bukan pekerjaan saya”

Pemenang selalu melihat jawaban dari semua masalah:
Pecundang selalu melihat masalah dari semua jawaban

Pemenang selalu berkata,”Itu memang sulit, tapi kemungkinan bisa”:
Pecundang selalu berkata,”Itu mungkin bisa, tapi terlalu sulit’

Saat pemenang melakukan kesalahan, dia berkata, “SAYA SALAH”:
Saat pecundang melakukan kesalahan, dia berkata, “ITU BUKAN SALAH SAYA”

Pemenang membuat komitmen-komitmen:
Pecundang membuat janji-janji

Para pemenang selalu berencana dan mempersiapkan diri, lalu memulai tindakan untuk menang:
Para pecundang hanya berencana dan berharap mereka akan menang


Sumber : Buku Renungan Harian Pemuda Remaja “Future Generation” Edisi Oktober 2009

WAR, CONFLICT, AND PEACE FACTS

Perang, pertikaian, konflik, siapapun pasti nggak akan suka karna hal-hal tersebut hanya bisa mengakibatkan korban, baik korban jiwa, harta, sampai korban perasaan (saling curiga, prasangka, benci, dan sebagainya). Sayangnya, manusia kayaknya nggak pernah belajar dari tragedi perang sepanjang sejarah yang udah makan banyak korban. Semoga dari fakta-fakta berikut ini, kita bisa belajar untuk menjaga perdamaian, dimulai dari perdamaian dengan sekeliling kita.
1.    Guiness Book of Worl Record mencatat kalo sejak 3600 SM sampai saat ini, hanya ada sekitar 286 masa damai dalam dunia. Artinya, hanya selama 286 tahun itu aja nggak tercatat terjadi perang besar antar negara yang terjadi di dunia. Dan dari tahun itum lebih dari 8000 kesepakatan damai dilakukan dan semuanya dilanggar. Selama masa itu, setidaknya tercatat ada 14.500 perang besar terjadi dan menewaskan 4 milyar jiwa!
2.    Perang terlama yang pernah tercatat adalah perang antara Inggris dan Prancis yang disebut perang 100 tahun, yang sebenarnya berlangsung selama 116 tahun. Perang ini memakan korban yang jelas angat banyak. Prancis yang semula memiliki 17 juta warga, di akhir perang hanya tersisa separuhnya, termasuk wilayah Normadia yang ¾ penduduknya tewas, serta Paris yang penduduknya berkurang sampai 2/3 nya!
3.    Harga sebutir peluru adalah sekitar Rp 3.500. Jumlah yang bagi banyak keluarga kurang mampu bisa dipakai untuk satu porsi makanan yang dapat menyambung hidup mereka. Tapi, perang justru membuang peluru itu untuk membunuh satu sama lain.
4.    Amerika Serikat adalah negara yang paling banyak menghabiskan dananya untuk perang. 40% dana yang dikeluarkan buat perang dan persenjataan dunia adalah dari Amrik. Sementara tempat kedua ditempati Inggris, yang dana perangnya adalah 25% dari dana perang dunia.
5.    Di Indonesia, berbagai konflik yang terjadi di dalam negeri pun nggak kurang memakan korban. Menurut data Amnesti Internasional, misalnya, sejak 1977 akibat konflik di Papua telah jatuh puluhan ribu korban. Di Aceh, dari 1989-1998 ada 10.000 jiwa jadi korban konflik disana. Di Ambon, menurut CrisisGroup, saat perjanjian damai ditandatangani, sudah jatuh sekitar 5.000 korban jiwa akibat konflik bernuansa SARA yang terjadi sejak 1999-2002. Masi banyak lagi kasus-kasus perang yang pernah ada, dan tentunya korban juga nggak terbatas pada jiwa, tapi juga materi, trauma, hinggan masa depan.

Sumber : Buku Renungan Harian Pemuda Remaja “Future Generation” Edisi Desember 2011

Don’t Give up and Keep Moving

Percayakah kamu, bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan diberikan kelebihan, tanpa peduli dirimu seorang yang cacat fisik. Kecacatan fisik bukan merupakan sutu penghalang buat sebagian orang untuk terus berjuang dapetin kesuksesan.
Sebagai contoh, Carlana Stone Lawson. Seorang wanita berwarganegara Amerika yang berbagi pengalamannya dalam menyikapi kecelakaan yang telah mengubah hidupnya secara drastis. Dalam bukunya “Never Give In, Never Give Up” (Jangan pernah berhenti, jangan pernah menyerah), Carlana yang lumpuh dan telah berada di kursi roda sejak usia 17 tahun akibat kecelakaan, menceritakan perjalanan hidupnya yang dari seorang cheerleader yang cantik dan dipuja menjadi seorang wanita yang tetap cantik namun harus menghabiskan masa hidupnya di kursi roda karena lumpuh. Bisa kita bayangkan bahwa hal yang terjadi pada Lawson adalah bukan hal yang mudah.
    Ketika dia tahu dan sadar bahwa dia lumpuh, dia nggak menyesali atau mengutuki Tuhan. Justru dia mencoba bangkit kembali dengan mengenali dirinya dalam kondisi yang sekarang. Dia berusaha bangkit dan membangun kembali mentalnya dan nggak mau terdampar pada keraguan yang dapat membuatnya lumpuh seumur hidupnya.
    Carlana mencoba mengingat-ingat apa yang dia sukai dan membuat rangkaian tentang keistimewaan dirinya. Dia juga mulai mengungkap rahasia dirinya untuk menumbuhkan kepercayaan dirinya. Dia bertekad bahwa meskipun diatas roda, hidup nggak akan memaksa dirinya untuk berlutut mengaku kalah (menyerah pada keadaan). Carlana bertekad untuk bangkit.
    Yang menarik dari Carlana adalah meskipun dia lumpuh, tapi dirinya nggak pernah putus asa untuk meraih berbagai hal istimewa. Menurutnya, kelumpuhan secara fisik, perceraian, kegagalan, kehilangan pekerjaan, atau kehilangan orang yang dicintai dapat menjadikan seseorang untuk cacat secara mental. Tapi, Carlana menyikapi itu semua dengan yakin bahwa penderitaan adalah tantangan. Kejujuran dan keberanian dalam menghadapi tantangan telah terbukti mampu menghantarkannya sebagai pemenang dalam menghadapi setiap keadaan yang penuh cobaan. Cacat fisik nggak membuat dia buat ngelakuin terjun payung, main ski, bentuk olahraga yang biasanya dilakukan oleh orang-orang yang sehat secara jasmani.

Sumber : Buku Renungan Harian Pemuda Remaja “Future Generation” Edisi April 2009

Minggu, 18 Maret 2012

Mari Kita Berkenalan dengan Stress

Sudah menjadi hal yang biasa kalo kita melihat  status teman kita di situs facebook yang berbunyi gini,”Stress banged nich..huft” atau mungkin bisa jadi kita sendiri yang sering mengupdate status seperti itu di akun facebook kita. ‘Stress’ atau yang anak muda jaman sekarang dikatakan “galau” sepertinya memang sedang menjadi trend masa kini. Ada masalah sedikit bilangnya lagi galau banget lah, stress banget, bahkan ada yang berlebihan banget kalo bilang karna lagi stress membuat hidup mereka menjadi serba suram, hitam, kelam, dan sebagainya.. (pengalaman sedikit..hehee..)

            Tapi ternyata, stress itu sendiri punya banyak jenisnya loh. Mari kita berkenalan dengan satu persatu dari jenis-jenis stress seperti di bawah ini :

1.      Distress

Distress termasuk ke dalam jenis stress yang negative. Ciri utama dari distress ini adalah tekanan yang ada justru membuat posisi kita semakin lemah dan semakin lemah lagi. Sering ngalamin yang namanya putus cinta, sering jadi bahan gossip temen-temen di kampus, dan sebagainya. Distress ini akan menjadi sangat bahaya jika tidak cepat-cepat diatasi, jangan sampai distress ini terus menghantui hidup kita selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun lamanya.

2.      Eustress

Eustress merupakan kebalikan dari distress. Eustress merupakan stress yang positif, karna eustress dapat memaksa kita untuk mengembangkan diri kita. Misalnya stress di saat kita harus presentasi di hadapan temen-temen, stress karna harus membawakan pidato pembuka di acara ulang tahun sekolah, stress karna harus menjadi ketua pelaksana dalam suatu kegiatan di kampus, dan sebagainya. Secara tidak sadar, walaupun sebelumnya kita merasakan stress yang amat sangat, tapi dengan begitu kemampuan dalam diri kita bisa terus diasah dan diasah lagi.



3.      Hyperstress

Dari namanya saja sudah bisa ditebak kalo hyperstress merupakan jenis stress yang berlebihan. Orang yang sedang mengalami hyperstress akan cenderung menjadi orang yang sensitive dan mudah marah. Mereka yang mengalami hyperstress biasanya adalah orang yang selalu berada di dalam tekanan.

4.      Hypostress

Orang yang mengalami hypostress biasanya diakibatkan karna kebosanan yang dialaminya. Segala rutinitas yang monoton, terus-menerus, dan berulang-ulang akan mengakibatkan stress ini. Orang yang mengalami hyperstress menjadi pribadi yang gampag capek dan biasanya akan menjadi pesimis dalam menjalani hidupnya.


Salah satu cara untuk menghindari diri kita dari yang namanya ‘stress’ adalah dengan selalu mensyukuri hidup yang sudah Tuhan kasih ke kita semua dan selalu berusaha berfikir positif di setiap keadaan. ^^

Selasa, 13 Maret 2012

Financial World of Flow


Nama                           CHRISTIAN ADI NUGRAHA
Npm / Kelas                10209968 / 3EA15
Mata Kuliah                 KOMP.LEMBAGA KEU.PERBANKAN


Masyarakat Indonesia tumbuh di lingkungan yang memiliki tingkat perekonomian yang berbeda-beda. Ada masyarakat yang hidup di tengah perekonomian yang berada di atas, menengah, maupun ke bawah. Bagi masyarakat yang memiliki banyak uang, mereka lebih memilih menyimpan uangnya tersebut di sebuah bank dalam bentuk deposit, karena di samping lebih aman dalam penyimpanannya, bunga yang diberikan oleh bank juga akan dapat meningkatkan jumlah harta mereka.  Deposit itu sendiri terbagi ke dalam 3 jenis, yaitu saving deposite, demand deposit, dan time deposite.
1.      Saving deposite, yaitu melakukan penyimpanan dalam bentuk tabungan. Seseorang akan merasa lebih aman menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan, dan juga tertarik dengan bunga yang diberikan.
2.      Demand deposite, yaitu melakukan penyimpanan dalam bentuk giro. Giro diberikan oleh pihak pembayar (payer) kepada banknya, yang selanjutnya akan mentransfer dana kepada bank pihak penerima, langsung ke akun mereka.
3.      Time deposite, yaitu melakukan penyimpanan dalam bentuk deposito. Deposito memiliki jangka waktu tertentu dimana uang yang telah disimpan oleh nasabah tidak dapat diambil.
Untuk masyarakat dengan tingkat perekonomian rendah, mereka biasanya menggunakan jasa bank untuk melakukan pinjaman dana yang mereka butuhkan. Dalam peminjaman yang dilakukan oleh nasabah ini, pihak Bank tidak ingin mengambil resiko sendiri jika pada suatu saat nasabah yang meminjam tersebut tidak dapat membayar uangnya (misal karna telah meninggal dunia), Bank melakukan kerjasama dengan pihak asuransi dan leasing agar resiko tersebut dapat ditanggulangi. Pihak asuransi yang pertama, dapat  mengcover sejumlah dana yang dibutuhkan oleh Bank apabila suatu saat resiko tersebut terjadi. Pihak asuransi tersebut juga bekerja sama dengan pihak asuransi kedua agar dana yang dibutuhkan oleh Bank tersebut dapat tercover sepenuhnya oleh pihak asuransi yang pertama, kegiatan ini disebut dengan Reasuransi agar terjadi pembagian resiko sehingga resiko yang ada dapat terminimalisir dengan baik. Pihak asuransi yang kedua juga membagi resiko ini dengan melakukan Retrocessi kepada pihak asuransi ketiga agar dapat dilakukan penjaminan dan mengasuransikan ulang resiko yang telah diasuransikan.

Sabtu, 03 Maret 2012

PERKEMBANGAN PERBANKAN DI INDONESIA


Nama               : Christian Adi Nugraha
NPM               : 10209968
Kelas               : 3EA15
Mata Kuliah     : Komputerisasi Lembaga Keu.Perbankan


 
Dalam dunia Perbankan di Indonesia dalam kurung waktu belakangan ini mengalami berbagai macam perubahan. Dalam pembahasan ini dibahas 4 macam periode yang pernah terjadi di Indonesia :

1. Dari tahun 1988-1996
2. Dari tahun 1997-1998
3. Dari tahun 1999-2002
4. sampai sekarang.

1.      Periode 1988 – 1996

Dikeluarkannya paket deregulasi 27 Oktober 1988 (Pakto 88), antara lain berupa relaksasi ketentuan permodalan untuk pendirian bank baru telah menyebabkan munculnya sejumlah bank umum berskala kecil dan  menengah. Pada akhirnya, jumlah bank umum di Indonesia membengkak dari 111 bank pada Oktober 1988 menjadi 240 bank pada tahun 19941995, sementara jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) meningkat drastis dari 8.041 pada tahun 1988 menjadi 9.310 BPR pada tahun 1996


2.      Periode 1997 – 1998

Pertumbuhan pesat yang terjadi pada periode 1988 – 1996 berbalik arah ketika memasuki periode 1997 – 1998 karena terbentur pada krisis keuangan dan perbankan. Bank Indonesia, Pemerintah, dan juga lembagalembaga internasional berupaya keras menanggulangi krisis tersebut, antara lain dengan melaksanakan rekapitalisasi perbankan yang menelan dana lebih dari Rp 400 triliun terhadap 27 bank dan melakukan pengambilalihan kepemilikan terhadap 7 bank lainnya.

Secara spesifik langkahlangkah yang dilakukan untuk menanggulangi krisis keuangan dan perbankan tersebut adalah:

a) Penyediaan likuiditas kepada perbankan yang dikenal dengan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)
b) Mengidentifikasi dan merekapitalisasi bankbank yang masih memiliki potensi untuk melanjutkan kegiatan usahanya dan bankbank yang memiliki dampak yang signifikan terhadap kebijakannya
c) Menutup bankbank yang bermasalah dan melakukan konsolidasi perbankan dengan melakukan marger
d) Mendirikan lembaga khusus untuk menangani masalah yang ada di industri perbankan seperti Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)
e) Memperkuat kewenangan Bank Indonesia dalam pengawasan perbankan melalui penetapan UndangUndang No. 23/1999 tentang Bank Indonesia yang menjamin independensi Bank Indonesia dalam penetapan kebijakan.

3.      Periode 1999 – 2002

Krisis perbankan yang demikian parah pada kurun waktu 1997 – 1998 memaksa pemerintah dan Bank Indonesia untuk melakukan pembenahan di sektor perbankan dalam rangka melakukan stabilisasi sistem keuangan dan mencegah terulangnya krisis.

Langkah penting yang dilakukan sehubungan dengan itu adalah:

a) Memperkuat kerangka pengaturan dengan menyusun rencana implementasi yang jelas untuk memenuhi 25 Basel Core Principles for Effective Banking Supervision yang menjadi standard internasional bagi pengawasan bank
b) Meningkatkan infrastruktur sistem pembayaran dengan mengembangkan Real Time Gross Settlements (RTGS)
c) Menerapkan bank guarantee scheme untuk melindungi simpanan masyarakat di bank
d) Merekstrukturisasi kredit macet, baik yang dilakukan oleh BPPN, Prakarsa Jakarta maupun Indonesian Debt Restrukturing Agency (INDRA)
e) Melaksanakan program privatisasi dan divestasi untuk bankbank BUMN dan bankbank yang direkap
f) Meningkatkan persyaratan modal bagi pendirian bank baru.

4.      Periode 2002 – Sekarang

Berbagai perkembangan positif pada sektor perbankan sejak dilaksanakannya program stabilisasi antara lain tampak pada pemberian kredit yang mulai meningkat pada inovasi produk yang mulai berjalan, seperti pengembangan produk derivatif (antara lain credit linked notes), serta kerjasama produk dengan lembaga lain (reksadana dan bancassurance).


Sumber :

esutomo.staff.gunadarma.ac.id/.../III+SEJARAH+DAN+PERKEMBANGAN+PERBANKAN.pdf